Rabu, 03 November 2010

Waktu

Waktu yang Hakikat.


Bagi para pesakitan, waktu adalah musuh yang mereka tipu saban hari dengan harapan. Namun, disana di balik jeruji yang dingin waktu menjadi paduka raja, tak pernah terkalahkan. Bagi para politisi dan olahragawan, waktu adalah kesempatan yang singkat, brutal dan mahal.
Para seniman kadang kala melihat waktu sebagai angin, hantu, bahan kimia, seorang putri, payung, seuntai tasbih, atau sebuah rezim. Salvador Dali telah melihat waktu dapat meleleh.
Bagi para ilmuwan, waktu umpama garis yang ingin mereka lipat dan putar - putar. Atau lorong, yang dapat melemparkan manusia dari masa ke masa, maju atau mundur. Bagi mereka yang berbaring sakit, tergolek lemah tanpa harapan, waktu mereka panggil - panggil, tak datang - datang. Bagi para petani, waktu menjadi tiran. Padanya mereka tunduk patuh. Kapan menanam, kapan menyiram, dan kapan memanen. Tak bisa berunding. Tak mempan disogok
Bagi yang tengah jatuh cinta, waktu mengisi relung dada mereka dengan kegembiraan, sekaligus kecemasan. Karena teristimewa untuk cinta, waktu menjelma menjadi jerat. Semakin cinta melekat, semakin kuat waktu menjerat. Jika cinta yang lama menukik, jerat itu mencekik.


- Padang Bulan, Andrea Hirata -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar